Sabtu, 20 Juni 2015

SEJARAH INFLASI NEGARA HUNGARIA



NAMA            : NITA EVITA AMELIA
KELAS           : 4EB21
NPM               : 25211195

A.    Sejarah Singkat Republik Hongaria
Republik Hongaria (bahasa Hongaria: Magyarország) adalah sebuah negara terkurung daratan di Eropa tengah. Negara ini terletak pada Basin Carpathia dan berbatasan dengan Austria di sebelah barat, Slowakia di sebelah utara, Ukraina di sebelah timur, Rumania di sebelah tenggara, Kroasia dan Serbia di sebelah selatan, Slovenia di sebelah barat daya, dan Austria di barat. Dalam bahasa setempat, negara ini dikenal sebagai Magyarország yang berarti daerah Magyar. Hongaria membentuk kumpulan Visegrád bersama Polandia, Slowakia dan Republik Ceko. Kota terbesar dan ibukotanya adalah Budapest. Hongaria juga termasuk anggota NATO, Uni Eropa, Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Ekonomi, dan Perjanjian Schengen. Bahasa resminya adalah bahasa Hongaria, yang merupakan bahasa non-Indo-Eropa yang paling banyak dituturkan di Eropa.
Setelah masa pendudukan bangsa Celtic, Roman, Hun, Slavia, Gepid, dan Avar, kerajaan Hongaria terbentuk pada akhir abad ke-9 oleh pangeran agung Hongaria bernama Arpad. Cucunya, Santo Stephen I naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1000 M, mengubahnya menjadi kerajaan Kristen. Kerajaan Hongaria bertahan hingga 946 tahun dan pada beberapa waktu menjadi pusat kebudayaan dunia Barat. Setelah Perang Mohacs dan pendudukan oleh Kekhalifahan Ottoman (1541-1699), Hongaria menjadi bagian dari Kekaisaran Habsburg, yang kemudian membentuk bagian dari Kekaisaran Austro-Hongaria.
Batas negara yang sekarang dipakai didasarkan pada Perjanjian Trianon (1920) setelah Perang Dunia I. Negara ini kehilangan lebih dari 71% wilayah, 58% penduduk, dan 32% etnis Hongaria. Di pihak Poros (Axis Power), Hongaria juga mengalami kerugian hebat pada Perang Dunia II. Selama empat dekade lebih masa pemerintahan komunis (1947-1989), negara ini mendapat sorotan dari dunia luas atas Revolusi 1956 dan pembukaan batas wilayahnya dengan Austria pada 1989, yang sebelumnya ditutup dengan Tirai Besi, yang mempercepat runtuhnya Blok Timur.
Pada 23 Oktober 1989, Hongaria kembali menjadi republik parlementer yang demokratis, dan kini termasuk dalam negara-negara berkembang. Hongaris juga terkenal sebagai tempat kunjungan wisata yang populer dengan menarik 10,2 juta pengunjung dalam satu tahun (2011). Negara ini menjadi tumah bagi gua air panas terbesar dan danau air panas terbesar kedua di dunia (Danau Héviz), danau terbesar di Eropa Tengah (Danau Balaton), dan padang rumput alami terbesar di Eropa (Hortobagy).

B.     Perekonomian Hongaria dalam Tingkat Inflasi
Hiperinflasi, dalam ilmu ekonomi adalah inflasi yang tidak terkendali, kondisi ketika harga-harga naik begitu cepat dan nilai uang menurun drastis.Secara formal, hiperinflasi terjadi jika tingkat inflasi lebih dari 50% dalam satu bulan..Inflasi biasanya dilaporkan setahun sekali, namun dalam kondisi hiperinflasi, tingkat inflasi dilaporkan dalam interval yang lebih singkat, biasanya satu bulan sekali.Hiperinflasi biasanya muncul ketika adanya peningkatan persediaan uang yang tidak diketahui atau perubahan sistem mata uang secara drastis.Hiperinflasi biasanya dikaitkan dengan perang, despresi ekonomi, dan memanasnya kondisi politik atau sosial suatu negara.
Hungaria mencatatkan diri sebagai negara yang mengalami hiperinflasi terparah sepanjang sejarah yang terjadi pada Agustus 1945 - Juli 1946. Inflasi ini merupakan inflasi terbesar pertama di Hungaria. Tingkat inflasi harian di negara ini mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam. Puncak inflasi di Hungaria terjadi pada bulan Juli 1946 dengan tingkat inflasi  41,9 persen triliun.
Ekonomi Hungaria hancur oleh Perang Dunia II.Karena status sebagai warzone, diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik.Sebelumnya, negara ini telah berutang besar untuk memproduksi bahan bakar untuk mendukung upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan barang.
Ketika Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25% - 50 % dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini.
Mata uang pengő diperkenalkan di Hungaria setelah Perang Dunia I. Namun karena kondisi negara yang masih belum stabil, dan dimulainya Perang Dunia II, mata uang pengő kehilangan nilainya. Pada tahun 1944, denominasi tertinggi di Hungaria adalah 1.000 pengo. Sedangkan pada akhir tahun 1945, denominasinya adalah 10.000.000 Pengo. Denominasi tertinggi terjadi pada pertengahan tahun 1946 yaitu sebesar 100.000.000.000.000.000.000 Pengo.
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah Hungaria pada saat itu, seperti penarikan pajak, tapi "nilai" pengő terus anjlok hingga puncaknya pada tanggal 31 Juli 1946. Pada tanggal 31 Juli 1946, mata uang pengő dari Hungaria memiliki nilai tukar 460.000.000.000.000.000.000.000.000.000 pengő dengan 1 US Dollar pada waktu itu.
Pada akhirnya, Hungaria  pada 1 Agustus 1946 mengeluarkan mata uang Forint, dengan nilai tukar 1 Forint sama dengan 400.000.000.000.000.000.000.000.000.000 dan 1 USD sama dengan 11,74 Forint.
Ketika Pengo digantikan pada Agustus 1946 oleh Forint, nilai total semua uang kertas yang beredar Hungaria sebesar 1/1000 dari satu dolar AS. Ini adalah kejadian paling parah yang dikenal. Inflasi tercatat memuncak pada 1,3 × 10 16 persen per bulan (harga dua kali lipat setiap 15 jam). Dampak keseluruhan dari hiperinflasi pada 18 Agustus 1946, 4 × 10 29 (empat ratus  quadriliard pada skala panjang yang digunakan di Hongaria, empat ratus Octilion pada skala pendek) Pengo menjadi 1 Forint.
  
 Berikut ini adalah nilai tukar 1 USD dengan mata uang Pengo Hungaria:
Currency Exchange (1 USD = X Pengo)
Tanggal
Pengo
1 Januari 1927
5.26
31 Desember 1937
5.40
31 Mar 1941
5.06
30 Juni 1944
33.51
31 Agustus 1945
1 320
31 Oktober 1945
8 200
30 November 1945
108 000
31 Desember 1945
128 000
31 Januari 1946
795 000
31 Maret 1946
1 750 000
30 April 1946
59 000 000 000
(5,9 × 10 10)
31 Mei 1946
42 000 000 000 000 000
(4.2 × 10 16)
31 Jul 1946
460 000 000 000 000 000 000 000 000 000
(4.6 × 10 29)

Kondisi perekonomian di Hungaria dapat dikatakan membaik, terukti dari tingkat inflasi yang menurun. Dalam rentang waktu tahun 1992 sampai dengan 2013, tingkat inflasi harian di Hungaria yang terendah adalah 1,3 persen. Sedangkan tingkat inflasi tertinggi dalam rentang waktu tersebut adalah 3,1 persen.
 Berikut ini adalah pergerakan laju inflasi di Hungaria pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013



Sumber:

Jumat, 15 Mei 2015

TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONAL #



NAMA            : NITA EVITA AMELIA
KELAS           : 4EB21
NPM               : 25211195
ARTIKEL TENTANG 7-ELEVEN

Sejarah 7-Eleven

7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal Amerika Serikat yang sejak tahun 2005kepemilikannya dipegang Seven & I Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun2004, lebih dari 26.000 gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[2] antara pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat danJepang.

Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas(kini masuk wilayah Dallas), nama "7-Eleven" mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi hingga 11 malam, dan karenanya bernama "7-Eleven" (7-Sebelas).

Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak Jepang.

Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, danmajalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minuman es dan Big Gulp, minuman soft drinkberukuran besar.

7-Eleven di Indonesia

Di Indonesia, 7-Eleven dikelola oleh PT Modern Putraindonesia, anak perusahaanPT Modern International, yang merupakan distributor Fujifilm di Indonesia. Saat ini, 7-Eleven baru membuka cabang-cabangnya diJakarta, dan untuk kota-kota lainnya sepertiBandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan,Makassar, Palembang, dan Medan akan segera menyusul.

Pemerintah Indonesia terus mengawasi toko kelontong ini agar tidak berubah menjadiminimarket, karena menurut undang-undang, kepemilikan waralaba minimarket harus dari pihak lokal.

PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC) merupakan aktor utamadalam bisnis internasional. Jenis perusahaan ini pada saat sekarang memegang peranan yang penting untuk transaksi internasional. Perdagangan internasional seperti impor dan ekspormerupakan tahap awal dari operasi internasional perusahaan. Pola operasi internasional meliputi;usaha patungan, penanaman modal asing dan sistem lisensi. Subjek dalam perdaganganinternasional secara tegas sangat memperhitungkan peran pemerintah yang besar dalm hubungandengan MNC serta perusahaan lainnya dalam bisnis internasional.Perusahaan Multinational Coorporation (MNC) adalah sebuah perusahaan internasionalatau transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di berbagai negaramaju dan berkembang. Contohnya termasuk General Motors, Coca-Cola, Firestone, Philips,Volkswagen, British Petroleum, Exxon, dan ITT. Sebuah perusahaan akan menjadi perusahaanmultinasional berdasarkan keuntungan untuk mendirikan produksi dan kegiatan lainnya di lokasiasing. Perusahaan mengglobalisasikan kegiatan mereka baik untuk memasok pasar dalam negeri-negara mereka, dan untuk melayani pasar luar negeri secara langsung. Menjaga kegiatan asingdalam struktur perusahaan memungkinkan perusahaan menghindari biaya yang melekat oleh perantara, dengan entitas yang terpisah sambil memanfaatkan pengetahuan perusahaan mereka sendiri.

Perusahaan Multinasional telah memainkan peranan yang sangat penting dalammenjalankan kebijakan dan aturan baik di tingkat nasional maupun internasional. Di negara-negara berkembang, hampir setiap aspek dari kehidupan komunitas telah terkena dampak darioperasi Perusahaan Multinasional.

Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaanyang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti inimemiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabangdi banyak negara. Mereka biasanya memilikisebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Perusahaanmultinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yangsangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasimasyarakat dan melobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayahdalam negara, dan Negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkanfasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomilainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politikregional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yangmemadai.Dari sudut pandang sejarah, model perusahaan seperti ini mulai bermunculan sejakdekade 50. perusahaan-perusahaan multinasional, terutama di AS, semakin aktif di beberapa bidang, setelah terpengaruh oleh kondisi perekonomian di zaman itu. Dengan memanfaatkansistem transportasi dan komunikasi internasional yang semakin modern, demikian pula karena adanya “celah” antara hubungan Eropa dan Jepang, perusahaan -perusahaan ini menemukan peluang untuk menjual produk-produk mereka ke luar batas-batas AS. Tak lama kemudian, perusahaan-perusahaan Eropa mengikuti jejak langkah mereka ini, sehingga menjadi semakinluaslah keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional ini.

Ciri - ciri perusahaan multinasional antara lain :
1. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan) perusahaan multinasionalmelampau batas- batas Negara.
2.Perdagangan dalam perusahaan multinasional kebanyakan terjadi di dalam lingkup perusahaan itu sendiri, walaupun antarnegara.
3.Control terhadap pemakaian teknologi dan modal sangat diutamakan mengingat keduafaktor tersebut merupakan keuntungan kompetitif perusahaan multinasional.
4.Pengembangan system managemen dan distribusi yang melintasi batas-batas Negara,terutama system modal ventura, lisensi dan franchise.

Karakter Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional biasanya memiliki ciri – ciri :
1. Membentuk cabang – cabang di luar negeri
2. Visi dan strategi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang bersifat global(mendunia), jadi perusaan tersebut membuat atau menghasilkan barang yang dapatdigunakan di semua negara.
3. Lebih cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur.
4. Menempatkan cabang pada negara – negara maju.

Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negarasendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut.Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkaninsentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.


ANALISIS KASUS MNC ENTERING NEW MARKET "7-ELEVEN"

7-Eleven merupakan jaringan retailconvenience store internasional dengan sistem franchise
terbesar didunia, dengan berbagai gerai waralaba dan lisensi yang mencapai lebihdari 48.000 outlet
per tahun 2007. Dimiliki oleh Seven & I Holdings Co., 7-Elevenberoperasi di 16 negara, dengan pasar terbesar adalah Jepang (15.000 gerai), Amerika Serikat(8.200 gerai), dan Thailand (6.800 gerai). 7-Eleven berpusat di Tokyo Jepang, setelah sebelumnya berpusat di Amerika Serikat. 7-Eleven memiliki beberapa produk self-patent seperti Slurpee, Big Gulp dan Big Bite.

Pada bulan April 2009, 7-Eleven secara resmi memasuki pasar Indonesia denganpenandatanganan perjanjian master franchise agreement dengan PT. Modern Putra Indonesia, subsidiary dari PT. Modern International Tbk. yang juga merupakan distributor Fuji Film diIndonesia.

Sebelum berkembang hingga memiliki 83 gerai per Januari 2012, rencana awal PT.Modern Putra Indonesia sebagai licensee adalah untuk fokus membuka gerai 7-Elevendengan target awal area komersial dan kantor padat penduduk, sebagai alternatif untuktempat yang nyaman untuk makan siang praktis, berbelanja makanan ringan dan keperluandarurat.

Seiring dengan berjalannya waktu, strategi 7-Eleven kemudian berubah dengan menjadi convenience store sekaligus tempat nongkrong dan penyedia jasa fast food, yang menjadikannya sebagai kompetitor dari fast food retailer klasik seperti KFC, McDonalds,dan Burger King.

Meskipun sudah menjadi rahasia umum bahwa retail industry merupakan sektor yangkeras dan penuh dengan persaingan usaha, ada beberapa alasan mengapa 7-Eleven tetapmemilih untuk ekspansi masuk ke new market (Indonesia) dan berkompetisi dengan berbagaipenyedia jasa convenience store yang lebih dulu merajai market di Indonesia seperti Indomaret, Alfamart, dan puluhan pemain kecil lainnya.

Pertama, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil. Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia (secara makro) sebesar 6.5% per tahun, tentunya hal inisedikit banyak menjanjikan potensi pertumbuhan ekonomi di kalangan mikro, yang sangatdiharapkan oleh setiap pemain di industry retail.

Kedua, Indonesia memiliki persentase middle income level yang tinggi danmendominasi, hingga 55% dari populasi masyarakat Indonesia. Sesuai dengan indikator dariBank Dunia, kategori middle income memiliki rata-rata consumption level sebesar US$ 2.00per hari. Sehingga dengan kemampuan konsumsi yang cukup bagi sebagian besar masyarakatIndonesia, dengan sendirinya hal tersebut menjadikan Indonesia sebuah pasar yang sangatpotensial.

Ketiga, Indonesia memiliki struktur demografi yang bagus dalam masa kedepannya, dan diperkirakan akan mencapai puncak demographic dividend dalam 20 tahun kedepan. Sebesar 33% sampai 42% penduduk Indonesia berada di usia 16 hingga 35 tahun per tahun 2009. Bila digabungkan dengan kemampuan konsumsi harian yang memadai, tingginya jumlah konsumen potensial sangat menjanjikan bagi 7-Eleven untuk merambah pasar potensial di Indonesia ini.

Keempat, masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, sangat membutuhkan tempat hang-out yang “murah meriah” untuk bercengkrama dan bersosialita tanpa terhalang olehbatasan sosial yang kerap menonjol dari berbagai tempat hang-out yang ada di Jakarta selamaini. Hal ini didukung oleh kebiasaan masyarakat menengah di Indonesia (khususnya Jakarta)yang dengan dana terbatas, namun suka mencoba berbagai hal baru.

Seiring dengan berkembangnya era modernisme dan westernisasi yang membuatmasyarakat enggan untuk nongkrong di warung kopi, tantangan dan peluang ini kemudiandijawab oleh strategi 7-Eleven di Indonesia yang berbeda dengan 7-Eleven lain di luarIndonesia.

Sebagai pemegang lisensi master franchise agreement, menjadikan PT. Modern Putra Indonesia memiliki hak untuk melakukan modifikasi atas gerai-gerai 7-Eleven yang dioperasikannya, selama masih menyerupai garis-garis acuan standar operasi yang ditetapkan Seven & I Holdings Co.

Dengan menggunakan product differentiation dan cost leadership sebagai business strategy 7-Eleven di Indonesia, serta menekankan fungsi operation dan marketing dalam functional strategy di Indonesia, 7-Eleven kemudian menjawab tuntutan dan peluang di pasar ya ng keras namun menguntungkan ini.

Alih-alih menjadi sekadar convenience store seperti biasa layaknya 7-Eleven diluarnegeri yang hanya sekadar mini-market biasa, 7-Eleven melakukan berbagai strategi yangberbeda dari para pemain lainnya dimasa itu.

Dari sudut pandang product differentiation, 7-Eleven tidak hanya menjual produkpatennya seperti Big Gulp, Big Bite dan Slurpee, namun juga menjual makanan cepat sajikhas Indonesia seperti nasi goring, nasi kuning, aneka nasi, hingga kopi yang bisa diraciksendiri oleh konsumen dengan berbagai additional condiment yang tentunya berharga lebih terjangkau ketimbang harga yang ditawarkan oleh McDonalds dan KFC.

Dari sudut pandang operating dan marketing,  7-Eleven menyediakan banyak kursi dan meja serta akses WiFi gratis bagi konsumen untuk bisa hang-out dan ngobrol berlama-lama sambil menikmati berbagai ragam produk di 7-Eleven, yang pada masa itu merupakan konsep baru dari convenience store di Indonesia.

Setiap Sabtu, 7-Eleven juga mengadakan live performance dari berbagai band Indie yang disediakan secara gratis bagi konsumen di 7-Eleven tertentu untuk memancing minatkalangan usia muda untuk dating, berbelanja, sambil menikmati malam minggu menikmati live-performance di  7-Eleven.

7-Eleven juga mengadakan kerjasama dengan Blue Bird group dengan menyediakan jasa layanan taxi order di 7-Eleven tertentu, dengan tujuan konsumen sambil memesan taksibisa sambil menikmati kopi dan membaca majalah di gerai 7-Eleven.

7-Eleven juga mengadakan survey rutin setiap 3 bulan, untuk menyesuaikan demand konsumen atas produk yang disediakan. Hal ini menjadikan setiap 7-Eleven bisa menjual barang-barang yang belum tentu sama antar gerai 7-Eleven lainnya.

Dengan masih banyaknya strategi dan promosi 7-Eleven lainnya, hal ini sangatberdampak signifikan bagi perkembangan usaha 7-Eleven di Indonesia. Hal ini bisa dilihatdari banyaknya gerai 7-Eleven yang terus bertambah, dari hanya 1 gerai di tahun 2009, menjadi 89 gerai di tahun 2012 dengan omzet sebesar 319 miliar rupiah dan ±80.000konsumen harian per November 2012.

Walaupun pada akhirnya banyak pesaing seperti Starmart, Alfamidi, Alfaexpress,Lawson Station dan lainnya, yang mencoba mengikuti langkah 7-Eleven sebagai promoter dimodifikasi convenience store yang sukses di Jakarta, namun tidak ada yang bisa mengejarkesuksesan 7-Eleven karena branding yang sudah melekat kuat di benak konsumen, sehinggabisa disimpulkan 7-Eleven sukses dalam melakukan penetrasi ke pasar yang baru.
 

Rabu, 22 April 2015

AKUNTANSI INTERNASIONAL


NAMA                 : NITA EVITA AMELIA
KELAS                : 4EB21
NPM                    : 25211195
ARTIKEL TENTANG BAHAN KEBUTUHAN POKOK MASIH LANGKA

Pengembangan Pangan Lokal Menuju Industrialisasi Pangan Lokal di Papua
Pangan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia sehingga kebutuhannya harus dipenuhi. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia masih memiliki masalah bahkan adanya ketimpangan pangan yang terjadi. Contohnya saja terjadi pergeseran pola konsumsi pangan di Indonesia dari jenis yang beragam seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan lain-lain. Namun pada tahun 2010 tercatat Indonesia hanya mengkonsumsi beras dan terigu saja sebagai pangan pokok. Pertanyaannya adalah dimana pangan lokal kita?
Produksi padi dengan jumlah lahan pertanian yang kian terbatas tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dan ditambah lagi pertambahan penduduk yang kian meningkat. PBB memperkirakan tahun 2030 60% penduduk akan tinggal di Kota. Ini artinya Sumber Daya Manusia untuk mengelola lahan pertanian pastinya kian sedikit karena semakin kurangnya daya tarik pertanian dan kenyataan adanya terjadi ketimpangan kesejahteraan terhadap petani. Jadi bila kita tetap mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok masyarakat Indonesia maka yang akan terjadi adalah bencana kelaparan.
Sungguh ironis jika bencana kelaparan itu terjadi di Indonesia yang merupakan negara agraris. Untuk mencegah terjadinya kelaparan di masa yang akan datang hal yang menurut saya sangat diperlukan adalah pengembangan potensi  pangan lokal. Indonesia memiliki daerah-daerah yang kaya akan pangan lokalnya, contohnya saja Provinsi Papua. Papua memiliki pangan lokal seperti ubi jalar, sagu, talas, gembili, jawawut, dan masih banyak lagi potensi pangan lokal yang dapat dikembangkan di Provinsi Papua. Pengembangan potensi pangan lokal dapat dimulai dengan memperkenalkan pangan lokal tersebut di lingkungan daerahnya sendiri. Pengenalan pangan lokal di daerahnya sendiri membantu masyarakat sekitar untuk mengetahui bahkan mengembangkan pangan lokal secara luas.
Salah satu cara pengembangan pangan lokal adalah dengan cara industriliasasi pangan lokal. Industrialisasi merupakan cara yang tepat karena dengan jalan ini pangan lokal yang hanya dikenal di daerah tempatnya tumbuh bisa dikenal oleh daerah lain bahkan negara lain. Tujuan utama dari proses industri pangan lokal adalah kembali mengembangkan pangan lokal yang sudah mulai redup keberadannya dan bahkan ditinggalkan karena lebih mudahnya akses mendapatkan beras daripada pangan lokal yang ada di daerahnya. Berikut adalah langkah-langkah Industrialisasi pangan lokal yang dapat dilakukan melalui perspektif aplikasi teknologi pangan dalam industri:
1. Proses peninjauan lahan pertanian yang dikembangkan penduduk bahkan yang masih tumbuh sendiri, seperti pohon sagu yang masih liar di Provinsi Papua.
Langkah ini bertujuan untuk melihat seberapa luas lahan yang dikembangkan dan apakah perlu penambahan lahan lagi atau tidak serta melihat bagaimana perawatan tanaman pangan lokal yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat. Dalam langkah ini diperlukan penyuluhan pertanian dalam memberikan konsep bercocok tanam yang baik dan benar sehingga masyarakat dalam mengembangkan lahan pangan lokal tidak terkesan asal-asalan yang nantinya akan menuai hasil yang kurang maksimal. Tidak hanya konsep saja yang nantinya akan dibagikan namun juga menyediakan teknologi dalam hal bercocok tanam, contohnya saja di daerah-daerah yang terpencil masih menggunakan cangkul atau alat bajak. Alat tradisonal ini sudah seharusnya dapat diagantikan dengan alat yang lebih modern. Pengembangan teknologi dalam proses penyuluhan pertanian akan menciptakan efesiensi waktu maupun tenaga sehingga waktu yang diperlukan ketika menggunakan alat tradisional dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain.


2. Pemberdayaan masyarakat
Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk melakukan pengembangan pangan lokal melalui industrialisasi dan masyarakat sekitar belum mampu melakukaannya sendiri, untuk itu diperlukan pembinaan dan pendampingan oleh dinas terkait seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Ketahanan Pangan, bahkan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.Pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan dan pedampingan tersebut bertujuan untuk mmberikan pengertian kepada masyarakat bahwa sangat perlunya melakukan pengembangan pangan lokal melalui industrialisasi selain itu pembimbing dan pendamping juga harus memberikan arahan dari tujuan dari dilakukannya pemberdayaan.
Setelah diadakannya penyuluhan pertanian dan pemberdayaan,langkah yang selanjutnya dilakukan adalah penyediaan teknologi yang diperlukan. Peralatan yang dimaksud meliputi proses pengolahan hingga pengemasan pangan lokal. Penyediaan peralatan teknologi  akan membuat nilai pangan lokal menjadi tinggi dan akan membuat pembeli menjadi tertarik dibandingkan diolah dengan cara tradisional. Contohnya saja papeda makanan khas Provinsi Papua yang diolah dari bahan sagu, sekilas jika dihidangkan, masyarakat non-Papua tidak akan tertarik namun berbeda jika papeda tersebut dihidangkan dalam wadah seperti kita membeli cupcake dan divariasikan dengan berbagai rasa maka saya yakin banyak masyarakat yang akan tertarik. Begitu juga dengan ubi jalar. Hingga saat ini yang saya lihat memakan ubi masih dikategorikan orang desa. Hal ini karena masyarakat di kota masih belum banyak yang mengkonsumsinya dan kurang atau tidak adanya rumah makan yang dikategorikan sama dengan rumah makan yang sering kita singggahi yang menawarkan ubi jalar sebagai pengganti nasi.
3. Pendistribusian
Banyak di daerah Indonesia yang memiliki sarana transportasi yang kurang mendukung sehingga banyak pendistribusian barang sulit dilakukan. Hal ini banyak mengakibatkan daerah mengimpor kebutuhan pangannya dari daerah lain padahal di daerahnya sendiri banyak produksi pangan yang tidak terdistribusikan karena akses transportasi tidak tersedia. Jika dilakukan industrialisasi pangan lokal di daerah tersebut, maka akan menjadi hambatan jika tidak diimbangi sarana transportasi yang memadai. Contohnya saja jika produk industrialisasi hanya dapat bertahan seminggu maka akan menyebabkan kerugian tentunya. Aplikasi teknologi dalam hal ini dapat membuat pangan lokal yang dapat bertahan lama namun tetap enak rasanya. Bisa dimulai dengan pemilihan tempat pengemasan yang tahan air dan kedap udara, jika hal ini dilakukan maka pangan lokal dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia.
Jadi aplikasi teknologi dalam industrilasasi pangan lokal sangat penting dilakukan untuk menjamin terciptanya ketahanan dan kedaulatan pangan melalui kemandirian pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan di negara sendiri dan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai pangan pokoknya yang menjadikan pangan lokal mudah didapat dengan tenaga dan waktu yang efesien namun tetap bernilai ekonomi. Industrialisasi pangan pokok bertujuan untuk mengembangkan kembali pangan lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
KESIMPULAN :
Berdasarkan artikel diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara pengembangan pangan lokal adalah dengan cara industriliasasi pangan lokal. Industrialisasi merupakan cara yang tepat karena dengan jalan ini pangan lokal yang hanya dikenal di daerah tempatnya tumbuh bisa dikenal oleh daerah lain bahkan negara lain. Tujuan utama dari proses industri pangan lokal adalah kembali mengembangkan pangan lokal yang sudah mulai redup keberadannya dan bahkan ditinggalkan karena lebih mudahnya akses mendapatkan beras daripada pangan lokal yang ada di daerahnya. Jadi aplikasi teknologi dalam industrilasasi pangan lokal sangat penting dilakukan untuk menjamin terciptanya ketahanan dan kedaulatan pangan melalui kemandirian pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan di Negara sendiri.