Rabu, 22 April 2015

AKUNTANSI INTERNASIONAL


NAMA                 : NITA EVITA AMELIA
KELAS                : 4EB21
NPM                    : 25211195
ARTIKEL TENTANG BAHAN KEBUTUHAN POKOK MASIH LANGKA

Pengembangan Pangan Lokal Menuju Industrialisasi Pangan Lokal di Papua
Pangan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia sehingga kebutuhannya harus dipenuhi. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia masih memiliki masalah bahkan adanya ketimpangan pangan yang terjadi. Contohnya saja terjadi pergeseran pola konsumsi pangan di Indonesia dari jenis yang beragam seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan lain-lain. Namun pada tahun 2010 tercatat Indonesia hanya mengkonsumsi beras dan terigu saja sebagai pangan pokok. Pertanyaannya adalah dimana pangan lokal kita?
Produksi padi dengan jumlah lahan pertanian yang kian terbatas tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dan ditambah lagi pertambahan penduduk yang kian meningkat. PBB memperkirakan tahun 2030 60% penduduk akan tinggal di Kota. Ini artinya Sumber Daya Manusia untuk mengelola lahan pertanian pastinya kian sedikit karena semakin kurangnya daya tarik pertanian dan kenyataan adanya terjadi ketimpangan kesejahteraan terhadap petani. Jadi bila kita tetap mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok masyarakat Indonesia maka yang akan terjadi adalah bencana kelaparan.
Sungguh ironis jika bencana kelaparan itu terjadi di Indonesia yang merupakan negara agraris. Untuk mencegah terjadinya kelaparan di masa yang akan datang hal yang menurut saya sangat diperlukan adalah pengembangan potensi  pangan lokal. Indonesia memiliki daerah-daerah yang kaya akan pangan lokalnya, contohnya saja Provinsi Papua. Papua memiliki pangan lokal seperti ubi jalar, sagu, talas, gembili, jawawut, dan masih banyak lagi potensi pangan lokal yang dapat dikembangkan di Provinsi Papua. Pengembangan potensi pangan lokal dapat dimulai dengan memperkenalkan pangan lokal tersebut di lingkungan daerahnya sendiri. Pengenalan pangan lokal di daerahnya sendiri membantu masyarakat sekitar untuk mengetahui bahkan mengembangkan pangan lokal secara luas.
Salah satu cara pengembangan pangan lokal adalah dengan cara industriliasasi pangan lokal. Industrialisasi merupakan cara yang tepat karena dengan jalan ini pangan lokal yang hanya dikenal di daerah tempatnya tumbuh bisa dikenal oleh daerah lain bahkan negara lain. Tujuan utama dari proses industri pangan lokal adalah kembali mengembangkan pangan lokal yang sudah mulai redup keberadannya dan bahkan ditinggalkan karena lebih mudahnya akses mendapatkan beras daripada pangan lokal yang ada di daerahnya. Berikut adalah langkah-langkah Industrialisasi pangan lokal yang dapat dilakukan melalui perspektif aplikasi teknologi pangan dalam industri:
1. Proses peninjauan lahan pertanian yang dikembangkan penduduk bahkan yang masih tumbuh sendiri, seperti pohon sagu yang masih liar di Provinsi Papua.
Langkah ini bertujuan untuk melihat seberapa luas lahan yang dikembangkan dan apakah perlu penambahan lahan lagi atau tidak serta melihat bagaimana perawatan tanaman pangan lokal yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat. Dalam langkah ini diperlukan penyuluhan pertanian dalam memberikan konsep bercocok tanam yang baik dan benar sehingga masyarakat dalam mengembangkan lahan pangan lokal tidak terkesan asal-asalan yang nantinya akan menuai hasil yang kurang maksimal. Tidak hanya konsep saja yang nantinya akan dibagikan namun juga menyediakan teknologi dalam hal bercocok tanam, contohnya saja di daerah-daerah yang terpencil masih menggunakan cangkul atau alat bajak. Alat tradisonal ini sudah seharusnya dapat diagantikan dengan alat yang lebih modern. Pengembangan teknologi dalam proses penyuluhan pertanian akan menciptakan efesiensi waktu maupun tenaga sehingga waktu yang diperlukan ketika menggunakan alat tradisional dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain.


2. Pemberdayaan masyarakat
Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk melakukan pengembangan pangan lokal melalui industrialisasi dan masyarakat sekitar belum mampu melakukaannya sendiri, untuk itu diperlukan pembinaan dan pendampingan oleh dinas terkait seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Ketahanan Pangan, bahkan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.Pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan dan pedampingan tersebut bertujuan untuk mmberikan pengertian kepada masyarakat bahwa sangat perlunya melakukan pengembangan pangan lokal melalui industrialisasi selain itu pembimbing dan pendamping juga harus memberikan arahan dari tujuan dari dilakukannya pemberdayaan.
Setelah diadakannya penyuluhan pertanian dan pemberdayaan,langkah yang selanjutnya dilakukan adalah penyediaan teknologi yang diperlukan. Peralatan yang dimaksud meliputi proses pengolahan hingga pengemasan pangan lokal. Penyediaan peralatan teknologi  akan membuat nilai pangan lokal menjadi tinggi dan akan membuat pembeli menjadi tertarik dibandingkan diolah dengan cara tradisional. Contohnya saja papeda makanan khas Provinsi Papua yang diolah dari bahan sagu, sekilas jika dihidangkan, masyarakat non-Papua tidak akan tertarik namun berbeda jika papeda tersebut dihidangkan dalam wadah seperti kita membeli cupcake dan divariasikan dengan berbagai rasa maka saya yakin banyak masyarakat yang akan tertarik. Begitu juga dengan ubi jalar. Hingga saat ini yang saya lihat memakan ubi masih dikategorikan orang desa. Hal ini karena masyarakat di kota masih belum banyak yang mengkonsumsinya dan kurang atau tidak adanya rumah makan yang dikategorikan sama dengan rumah makan yang sering kita singggahi yang menawarkan ubi jalar sebagai pengganti nasi.
3. Pendistribusian
Banyak di daerah Indonesia yang memiliki sarana transportasi yang kurang mendukung sehingga banyak pendistribusian barang sulit dilakukan. Hal ini banyak mengakibatkan daerah mengimpor kebutuhan pangannya dari daerah lain padahal di daerahnya sendiri banyak produksi pangan yang tidak terdistribusikan karena akses transportasi tidak tersedia. Jika dilakukan industrialisasi pangan lokal di daerah tersebut, maka akan menjadi hambatan jika tidak diimbangi sarana transportasi yang memadai. Contohnya saja jika produk industrialisasi hanya dapat bertahan seminggu maka akan menyebabkan kerugian tentunya. Aplikasi teknologi dalam hal ini dapat membuat pangan lokal yang dapat bertahan lama namun tetap enak rasanya. Bisa dimulai dengan pemilihan tempat pengemasan yang tahan air dan kedap udara, jika hal ini dilakukan maka pangan lokal dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia.
Jadi aplikasi teknologi dalam industrilasasi pangan lokal sangat penting dilakukan untuk menjamin terciptanya ketahanan dan kedaulatan pangan melalui kemandirian pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan di negara sendiri dan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai pangan pokoknya yang menjadikan pangan lokal mudah didapat dengan tenaga dan waktu yang efesien namun tetap bernilai ekonomi. Industrialisasi pangan pokok bertujuan untuk mengembangkan kembali pangan lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
KESIMPULAN :
Berdasarkan artikel diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara pengembangan pangan lokal adalah dengan cara industriliasasi pangan lokal. Industrialisasi merupakan cara yang tepat karena dengan jalan ini pangan lokal yang hanya dikenal di daerah tempatnya tumbuh bisa dikenal oleh daerah lain bahkan negara lain. Tujuan utama dari proses industri pangan lokal adalah kembali mengembangkan pangan lokal yang sudah mulai redup keberadannya dan bahkan ditinggalkan karena lebih mudahnya akses mendapatkan beras daripada pangan lokal yang ada di daerahnya. Jadi aplikasi teknologi dalam industrilasasi pangan lokal sangat penting dilakukan untuk menjamin terciptanya ketahanan dan kedaulatan pangan melalui kemandirian pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan di Negara sendiri.