NAMA :
NITA EVITA AMELIA
KELAS :
4EB21
NPM :
25211195
ARTIKEL TENTANG BAHAN KEBUTUHAN POKOK MASIH LANGKA
Pengembangan Pangan Lokal Menuju Industrialisasi Pangan
Lokal di Papua
Pangan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia sehingga
kebutuhannya harus dipenuhi. Dalam pemenuhan
kebutuhan pangan Indonesia masih memiliki masalah bahkan adanya ketimpangan
pangan yang terjadi. Contohnya saja terjadi pergeseran pola konsumsi pangan di
Indonesia dari jenis yang beragam seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan
lain-lain. Namun pada tahun 2010 tercatat Indonesia hanya mengkonsumsi beras
dan terigu saja sebagai pangan pokok. Pertanyaannya adalah dimana pangan lokal kita?
Produksi
padi dengan jumlah lahan pertanian yang kian terbatas tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dan ditambah lagi pertambahan penduduk
yang kian meningkat. PBB memperkirakan tahun 2030 60% penduduk akan tinggal di
Kota. Ini artinya Sumber Daya Manusia untuk
mengelola lahan pertanian pastinya kian sedikit karena semakin kurangnya daya
tarik pertanian dan kenyataan adanya terjadi ketimpangan kesejahteraan terhadap
petani. Jadi bila kita tetap mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok masyarakat
Indonesia maka yang akan terjadi adalah bencana kelaparan.
Sungguh
ironis jika bencana kelaparan itu terjadi di Indonesia yang merupakan negara
agraris. Untuk mencegah terjadinya kelaparan di masa yang akan datang hal yang
menurut saya sangat diperlukan adalah pengembangan potensi pangan lokal. Indonesia memiliki
daerah-daerah yang kaya akan pangan lokalnya, contohnya saja Provinsi Papua.
Papua memiliki pangan lokal seperti ubi jalar, sagu, talas, gembili, jawawut,
dan masih banyak lagi potensi pangan lokal yang dapat dikembangkan di Provinsi
Papua. Pengembangan potensi pangan lokal dapat dimulai dengan memperkenalkan
pangan lokal tersebut di lingkungan daerahnya sendiri. Pengenalan pangan lokal
di daerahnya sendiri membantu masyarakat sekitar untuk mengetahui bahkan
mengembangkan pangan lokal secara
luas.
Salah
satu cara pengembangan pangan lokal
adalah dengan cara industriliasasi pangan lokal. Industrialisasi merupakan cara
yang tepat karena dengan jalan ini pangan lokal yang hanya dikenal di daerah
tempatnya tumbuh bisa dikenal oleh daerah lain bahkan negara lain. Tujuan utama
dari proses industri pangan lokal adalah kembali mengembangkan pangan lokal
yang sudah mulai redup keberadannya dan bahkan ditinggalkan karena lebih
mudahnya akses mendapatkan beras daripada
pangan lokal yang ada di daerahnya. Berikut adalah langkah-langkah
Industrialisasi pangan lokal yang dapat dilakukan melalui perspektif aplikasi
teknologi pangan dalam industri:
1. Proses peninjauan lahan pertanian
yang dikembangkan penduduk bahkan yang masih tumbuh sendiri, seperti pohon sagu
yang masih liar di Provinsi Papua.
Langkah
ini bertujuan untuk melihat seberapa luas lahan yang dikembangkan dan apakah
perlu penambahan lahan lagi atau tidak serta melihat bagaimana perawatan
tanaman pangan lokal yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat. Dalam
langkah ini diperlukan penyuluhan pertanian dalam memberikan konsep bercocok
tanam yang baik dan benar sehingga masyarakat dalam mengembangkan lahan pangan
lokal tidak terkesan asal-asalan yang nantinya akan menuai hasil yang kurang
maksimal. Tidak hanya konsep saja yang nantinya akan dibagikan namun juga
menyediakan teknologi dalam hal bercocok tanam, contohnya saja di daerah-daerah
yang terpencil masih menggunakan cangkul atau alat bajak. Alat tradisonal ini
sudah seharusnya dapat diagantikan dengan alat yang lebih modern. Pengembangan
teknologi dalam proses penyuluhan pertanian akan menciptakan efesiensi waktu
maupun tenaga sehingga waktu yang diperlukan ketika menggunakan alat
tradisional dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain.
2. Pemberdayaan masyarakat
Sumber
daya manusia sangat diperlukan untuk melakukan pengembangan pangan lokal
melalui industrialisasi dan masyarakat sekitar belum mampu melakukaannya
sendiri, untuk itu diperlukan pembinaan dan pendampingan oleh dinas terkait
seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Ketahanan Pangan, bahkan Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.Pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan
dan pedampingan tersebut bertujuan untuk mmberikan pengertian kepada masyarakat
bahwa sangat perlunya melakukan pengembangan pangan lokal melalui
industrialisasi selain itu pembimbing dan pendamping juga harus memberikan
arahan dari tujuan dari dilakukannya pemberdayaan.
Setelah
diadakannya penyuluhan pertanian dan pemberdayaan,langkah yang selanjutnya
dilakukan adalah penyediaan teknologi yang diperlukan. Peralatan yang dimaksud
meliputi proses pengolahan hingga pengemasan pangan lokal. Penyediaan peralatan
teknologi akan membuat nilai pangan lokal menjadi tinggi dan akan membuat
pembeli menjadi tertarik dibandingkan diolah dengan cara tradisional. Contohnya saja papeda makanan
khas Provinsi Papua yang diolah dari bahan sagu, sekilas jika dihidangkan,
masyarakat non-Papua tidak akan tertarik namun berbeda jika papeda tersebut
dihidangkan dalam wadah seperti kita membeli cupcake dan
divariasikan dengan berbagai rasa maka saya yakin banyak masyarakat yang akan tertarik.
Begitu juga dengan ubi jalar. Hingga saat ini yang saya lihat memakan ubi masih
dikategorikan orang desa. Hal ini karena masyarakat di kota masih belum banyak
yang mengkonsumsinya dan kurang atau tidak adanya rumah makan yang
dikategorikan sama dengan rumah makan yang sering kita
singggahi yang menawarkan ubi jalar sebagai pengganti nasi.
3. Pendistribusian
Banyak
di daerah Indonesia yang memiliki sarana transportasi yang kurang mendukung
sehingga banyak pendistribusian barang sulit dilakukan. Hal ini banyak
mengakibatkan daerah mengimpor kebutuhan pangannya dari daerah lain padahal di
daerahnya sendiri banyak produksi pangan yang tidak terdistribusikan karena
akses transportasi tidak tersedia. Jika dilakukan industrialisasi pangan lokal
di daerah tersebut, maka akan menjadi hambatan jika tidak diimbangi sarana
transportasi yang memadai. Contohnya saja jika produk industrialisasi hanya
dapat bertahan seminggu maka akan menyebabkan kerugian tentunya. Aplikasi
teknologi dalam hal ini dapat membuat pangan lokal yang dapat bertahan lama
namun tetap enak rasanya. Bisa dimulai dengan pemilihan tempat pengemasan yang
tahan air dan kedap udara, jika hal ini dilakukan maka pangan lokal dapat dinikmati
oleh seluruh penduduk Indonesia.
Jadi
aplikasi teknologi dalam industrilasasi pangan lokal sangat penting dilakukan
untuk menjamin terciptanya ketahanan dan kedaulatan pangan melalui kemandirian
pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan di negara sendiri dan mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai pangan pokoknya yang
menjadikan pangan lokal mudah didapat dengan tenaga dan waktu yang efesien
namun tetap bernilai ekonomi. Industrialisasi pangan pokok bertujuan untuk
mengembangkan kembali pangan lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.
KESIMPULAN
:
Berdasarkan artikel diatas dapat
disimpulkan bahwa salah
satu cara pengembangan pangan lokal adalah dengan cara industriliasasi pangan
lokal. Industrialisasi merupakan cara yang tepat karena dengan jalan ini pangan
lokal yang hanya dikenal di daerah tempatnya tumbuh bisa dikenal oleh daerah
lain bahkan negara lain. Tujuan utama dari proses industri pangan lokal adalah
kembali mengembangkan pangan lokal yang sudah mulai redup keberadannya dan
bahkan ditinggalkan karena lebih mudahnya akses mendapatkan beras daripada
pangan lokal yang ada di daerahnya. Jadi aplikasi teknologi dalam
industrilasasi pangan lokal sangat penting dilakukan untuk menjamin terciptanya
ketahanan dan kedaulatan pangan melalui kemandirian pangan dalam memenuhi kebutuhan
pangan di Negara sendiri.